Berapa lama lagi, Tuhan, Kaulupakan aku terus-menerus?
Berapa lama lagi Kausembunyikan wajah-Mu terhadap aku?
Berapa lama lagi aku harus menaruh kekuatiran dalam diriku, dan bersedih hati sepanjang hari?
Mazmur 13: 2-3a.
Sebuah ungkapan yang sangat manusiawi dari seorang manusia yang dipilih menjadi raja oleh Tuhan.
Ia tahu doanya sampai ke Tuhan. Ia tahu Tuhan telah mendengarnya. Namun kapan doa itu dijawab?
Gadis itu juga tahu Tuhan mendengar doanya. Ia lahir dengan keyakinan. Ibu bapaknya mengajarinya tentang dia yang lebih agung dari segala manusia. Dia, yang kepadaNya semua orang memohon.
Sejak ia bisa berbicara, ia berdoa. Gadis itu merangkai kata sederhana kepada Dia, meminta apa yang paling diinginkannya. Meminta Dia menjaga ibu bapaknya. Meminta diberikan mainan yang sangat ia inginkan.
Ketika ibunya berangkat pergi untuk menuntut ilmu, kepada Dia ia berdoa agar ibunya cepat pulang. Ketika ia pindah ke kota besar dan tidak punya teman, gadis itu berdoa agar Dia memberi kesabaran dan pengertian, bagaimana mengikuti arus kehidupan di kota besar itu. Ketika tiba waktunya mengakhiri satu jenjang pendidikan, si gadis berdoa agar Dia membantu dalam mengerjakan ujiannya.
Semakin dewasa, si gadis belajar untuk tidak hanya meminta, namun juga bersyukur. Dia sudah memberi sangat banyak. Dia, tidak mengenal kata tidak. Dia mengarahkan ke pilihan yang lebih baik. Karena Dia sangat mengenal anak-anakNya.
Di suatu siang Dia memanggil nenek si gadis untuk pulang ke rumahNya. Si gadis tidak pernah kehilangan siapapun sebelumnya. Sampai sekarang, si gadis masih merindukan wanita itu. Teringat terakhir kali ia dipeluk oleh perempuan itu di bandara. Teringat ketika terakhir kali ia berbicara dengan wanita itu, memberinya ucapan ulang tahun.
Sekarang gadis itu sendirian. Tersesat dalam jaring pikirannya sendiri. Terpecah dalam jalan bercabang yang terhampar di hadapannya. Ia kembali berdoa. Ia perlu tahu, ia perlu yakin, apakah Dia masih menuntunnya ke arah yang benar.
Gadis itu pergi mencari Dia. Gadis itu berdoa dan berdoa, terkadang bercerita. Melantunkan apa saja yang bisa ia katakan. Menumpahkan semua resah dalam hatinya. Melakukan apa yang ia bisa, sambil terus berbicara pada Dia.
Tapi di mana Dia?
Kapan?
Berapa lama lagi?
Siapa?
Bagaimana?
Kemudian gadis itu tersadar. Dia tidak pernah hilang, tidak pernah jauh.
Bayangan yang dia tatap ketika menunduk ke bawah, ketika menatap dinding yang kosong, saat melewati langit cerah. Bayangan itu Dia. Gelap malam adalah bayangNya yang melingkup manusia dalam lindunganNya.
Gadis itu kini mencari jawaban. Jawaban dari Dia. Mungkin ia harus merunduk rata dengan rumput, memandang matahari hingga matanya pedih, menggali batu-batu yang keras. Dia selalu ada dengan jawabannya. Gadis itu sekarang tahu Dia tidak pernah pergi. Namun jawaban, itulah yang harus ia cari.
0 comments:
Post a Comment