"I Was Perfect..."

on Thursday, March 24, 2011
BLACK SWAN

Sutradara: Darren Aronofsky

Pemain: Natalie Portman, Mila Kunis, Vincent Cassel

Rating: 8/10


Story:
Nina, seorang balerina, sangat ingin mendapatkan peran sebagai Swan Queen di pementasan terkenal Swan Lake. Ia mencoba segala cara agar sang pelatih, Thomas, mau memberikan peran itu padanya. Thomas yakin Nina dapat memerankan sosok White Swan yang baik dan lugu, namun ia ragu apakah Nina juga dapat memerankan sosok kembaran jahat si angsa putih, yaitu Black Swan yang sifatnya misterius, menggoda, dan berbahaya.

Nina sendiri hidup berdua saja dengan ibunya yang mantan balerina dan overprotektif terhadap putri tunggalnya, bahkan cenderung memperlakukannya seperti anak kecil.
Di sanggar balet sendiri, Nina tertarik dengan sosok Lily, balerina lain yang nampak sangat bertolak belakang dengan dirinya, bahkan mendekati sifat sang Black Swan sendiri.

Perlahan-lahan Nina lalu mengeksplorasi peran untuk Black Swan lebih dalam, dan memasuki sisi gelap dirinya sendiri, melakukan hal-hal yang tidak pernah ia lakukan sebelumnya, namun juga dihantui oleh halusinasinya sendiri terhadap hal-hal mengerikan. Ketidakpercayadiriannya masih menjebaknya, dan ia menumbuhkan sebuah kecurigaan bahwa Lily ingin mencuri perannya.

Nina bahkan nekat 'membunuh' Lily, yang kemudian disadari hanyalah bagian dari halusinasinya sendiri.
Hingga akhirnya pada saat pementasan, Nina bertransformasi dengan sempurna sebagai Black Swan, mengeluarkan sisi gelap dirinya.

Nina lalu menyadari, yang telah ia bunuh bukanlah Lily, melainkan dirinya sendiri. Sisi gelap dalam dirinya yang mencoba keluar.
Dalam detik terakhir hidupnya, setelah pementasan Swan Lake selesai dengan sukses, Nina mencapai impiannya selama ini: sebuah sosok balerina dan sosok Swan Queen yang sempurna.


Review:
GREAT, THRILLING, and PSYCHOTIC movie!

Ide ceritanya bagus, karena mengambil setting balet sebagai poros ceritanya. Di samping akhir-akhir ini memang lagi populer film-film joget (breakdance, dansa India, dkk), film ini bener-bener mengusung suasana yang jarang diperlihatkan sebelumnya.

Buat yang gatau cerita Swan Lake itu seperti apa, ini ceritanya:

Seorang gadis cantik bernama Odette terkena kutukan dari penyihir jahat Rothbar. Kutukan itu menyebabkan Odette berubah menjadi angsa di siang hari, dan kembali jadi manusia hanya saat malam hari. Untuk dapat menjadi manusia seutuhnya kembali dan bebas dari kutukan tersebut, Odette harus menemukan seseorang yang berjanji akan mencintainya selamanya.

Odette lalu tinggal di sebuah danau bersama angsa-angsa lain yang bernasib sama dengannya. Suatu malam, saat tengah berburu, Pangeran Siegfried tiba di danau itu dan mendapati Odette dalam rupa manusianya. Pangeran Siegfried terpesona dengan kecantikan Odette, dan jatuh cinta padanya. Sang pangeran kemudian mengajak Odette untuk datang ke pesta dansa di istananya, dimana ia akan memilih Odette sebagai pendamping hidupnya.

Penyihir Rothbar mengetahui rencana Pangeran Siegfried, dan untuk mencegahnya, ia merubah penampilan anak perempuannya sendiri, Odile, ke dalam sosok Odette dan datang ke pesta dansa tersebut. Sang pangeran tertipu, mengajak Odile berdansa dan menyatakan cinta serta sumpah setianya pada Odile. Rothbar dan Odile lalu membuka penyamaran mereka.

Dengan sedih, Odette--yang sebelumnya telah datang ke istana namun dalam timing yang kurang tepat--kembali ke danau. Pangeran Siegfried mengejarnya ke danau, dimana Odette menyatakan padanya bahwa satu-satunya jalan sekarang untuk bebas dari kutukan itu adalah dengan mati.

Ketika Rothbar tiba di danau itu juga, Odette lalu melompat ke danau diikuti oleh sang pangeran. Keduanya pun mati, dan kutukan Rothbar punah, dan angsa-angsa lainnya pun terbebas (mereka lalu menyerang Rothbar hingga penyihir itu mati).

Ketika fajar menyingsing, jiwa Odette dan Pangeran Siegfried terangkat ke surga bersama, bersatu dalam cinta abadi mereka.



UNYUK!

Ya begitulah. Cerita ini sesungguhnya tidak happy ending, jadi jangan percaya dengan versi Barbie: Swan Lake yang pastinya berakhir bahagia.

Kembali ke film.
Ada beberapa adegan sadis--yang sebenarnya hanya bagian dari halusinasi Nina--yang cukup menganggu dan berhasil membuat kami (film ini ditonton di ruang Perfilma) berteriak-teriak ngilu.
Bagi gw, terutama di bagian Nina dengan tekunnya menarik kulit di pinggir kukunya yang mengelupas.

Kenapa gw ngilu? Karena gw lumayan suka melakukan hal yang sama. Kebiasaan dari kecil yang ga bisa hilang. Cuma bedanya, gw nggak sesadis itu narik kulitnya sampe ke panggal tangan. Cuma gw tarik sampe sakit aja. Kalo udah sakit ato berdarah, ya gw berhenti.

Jadi film ini memang memperlihatkan perubahan psikologis dalam diri Nina, dimana dia sebenarnya adalah gadis baik-baik yang frigid, namun demi peran di Swan Lake ia harus mendalami karakter Odile sang Black Swan yang sangat berlawanan dengan dirinya.

Akting Natalie Portman tidak usah diragukan lagi. Mila Kunis juga tampil sangat menggoda di film ini, dimana seolah-olah, dalam istilah gw kira-kira seperti ini:

'Gila, pas lagi nari seksi banget!'
'Wah, pas adegan lesbi-nya sensual banget!'
'DIA GA NGAPA-NGAPAIN AJA SEKSI!'

It's totally recommended, and instead of acting naked, I think actresses should search for a character like Nina to played in movies.

"I Just Called...To Say...I Love You..."

BABI BUTA YANG INGIN TERBANG

Sutradara: Edwin

Pemain: Ladya Cheryl, Joko Anwar, Andhara Early, Carlo Genta, Pong Harjatmo

Rating: 8/10

Story:

Bercerita tentang Linda, seorang gadis keturunan Tionghoa beserta orang-orang di sekitarnya. Ayah Linda adalah seorang dokter gigi yang nampaknya ingin menyembunyikan identitias rasnya dari orang lain. Ibu Linda yang ingin menjadi pemain bulu tangkis namun kandas karena rasa diskriminatif.
Sahabat Linda dari kecil, Cahyono, yang pernah dianiaya karena ia orang Tionghoa, dll.

Review:
Ehem, ehem...

Jadi film ini diputar di acara Pekan Raya Perfilma, tepatnya tanggal 11 Maret lalu. Selain memutar filmnya, kita juga mengundang sutradara film ini, Edwin, untuk bincang-bincang soal film ini.

Yaaa, kalo dari sudut pandang gw pribadi, film ini super keren. Alurnya yang lambat dan penggambarannya yang natural membuat filmnya terasa benar-benar nyata.

Kita seperti melihat ke dalam kehidupan seseorang yang dekat dengan kita, tanpa harus merasa terlibat atau mengaitkan diri kita dalam karakter-karakternya.

Di film ini terdapat adegan yang cukup vulgar, melibatkan 3 pria, 3 senggama (sebut saja threesome), dan kurang lebih tiga tetes (maaf) sperma yang jatuh ke lantai.

Iya, jijik emang. Banyak yang keluar ruangan gara-gara adegan itu.

Ditambah lagi, di film ini hanya ada satu lagu yang diputar berulang-ulang, yaitu yang gw jadiin judul postingan gw kali ini. Aslinya dinyanyikan oleh Stevie Wonder, namun di film ini dinyanyikan orang lain.

So far, film ini super keren. Gw suka cara penceritaannya, walaupun agak lambat. Film ini sangat kuat secara cerita, sama seperti film horror Jelangkung.

Well, you can always surprised of how good an Indonesian film could be...more than Hollywood movie in fact.

PERFILMA goes to TV One

on Wednesday, March 23, 2011
Tanggal 16 Februari lalu (iya udah lama banget emang), dalam rangka mencari dana untuk acara tertjinta kami: PEKAN RAYA PERFILMA 2011, maka kami pun menerima undangan buat ke TV One.

Ceritanya kita bakal nongol di acara Jawara (Janji Wakil Rakyat) yang disiarkan live dari studio TV One.
Maka dimulailah, dengan semangat-ngeksis-2011, dua puluh biji anak Perfilma datang ke TV One...dengan teknologi transportasi bernama nebeng.

Gw sendiri nebeng di mobil Angkasa Andhika a.k.a Semok anak 2010, beserta dengan Sam, Adiz, dan Jeanne.
Saat menimbang-nimbang mau lewat jalan mana yang lebih cepat, mister Semok memutuskan bahwa lewat jalan biasa akan lebih cepat dibandingkan lewat jalan tol.

Sebuah kesimpulan yang amat salah dan amat fatal.

Lewat jalan biasa ternyata MACET di mana-mana, saudara, MACET! Gw ingat banget orang-orang di mobil mengalami degradasi mental, dimana awal berangkat kita semua hepi dan bersemangat, namun setelah satu setengah jam di mobil, kita mulai bete.

Tapi akhirnya kita tetap nyampe tepat waktu, thanks to the man: Semok! Setelah pake jakun dan dandan dikit, kami pun masuk ke studio.

Jadi intinya tugas kita di sana hanyalah duduk manis, terlihat memperhatikan dengan serius saat kamera menyorot kita, dan tepuk tangan saat disuruh.
Sisanya?

Terserah.

Ngupil boleh, ngangkang boleh, kayang juga boleh.

Setelah acara mulai tayang, gw pun menyadari bahwa posisi duduk gw agak salah!
Kenapa?

ikuti tanda panah....


Gw duduk TEPAT di belakang mas-mas ini. Pas di sebelah Jeanne (paling kanan bawah).

Posisi duduk ini membuat gw TIDAK TERLIHAT hampir sepanjang acara....*gagal ngeksis*

Ya, pastinya acara ini cukup....ehm...ngantuk. Gw kurang mengerti yang dibicarakan oleh dua kubu itu, dan gw juga tidak terlalu peduli dengan apa yang diucapkan. Kerjaan gw cuma ngenggol kaki Eta yang pas di sebelah gw pas muka doski lagi disorot kamera.

Well, anyway....