Silencio

on Tuesday, May 17, 2011
In silence I found peace.

In silence God speaks to me.

In silence anger swallowed.

In silence I finally found you.





Just finished watching the latest episode of CSI 11 on AXN...if you know which episode.

Memori Masa Kecil, Part I

Masih agak terpengaruh postingan sebelumnya, gw tiba-tiba keingat dengan benda-benda masa kecil gw. Beberapa dari itu memang meninggalkan kesan yang dalam, dan gw rasa kalo gw bisa ketemu sama benda-benda itu lagi, gw bakal nangis terharu kayak artis sinetron menangisi nisan random di pekuburan random.

Jadi inilah beberapa:


1. Betty Spaghetty

Gw ga tau ada yang pernah mainin ini ga, karena sejauh ini kalo gw tanya-tanya temen gw, pada gatau mainan apa ini.....yang ujung-ujungnya gw diejek: "Kayaknya mainan di Sulawesi beda sama di Jawa, terutama Jakarta, Geb..."

ENAK AJE! INI DIBELI DI JAKARTE TAU!

Waktu kecil gw nyaris ga pernah main Barbie. Gw lebih suka main si Betty Spaghetty ini. Jadi si Betty ini disediakan terpisah-pisah gitu. Ada asesoris rambut, gelang, sepatu, kaos kaki, tas, dll. Nama 'spaghetty' itu karena rambutnya agak mirip spaghetty.

Ga seperti Barbie, si Betty ini tangan dan kakinya bisa dicopot dan diganti-ganti juga. Jadi misalkan anda-anda mau membuat Betty berkulit putih sekaligus hitam, tukar aja tangan kiri/kanannya sama tangan temennya yang berkulit gelap.












2. Polly Pocket

Untuk mainan yang ini, rupanya lumayan banyak yang tau, jadi gw ga merasa terlalu terasing (yaiyalah! Wong semua dibeli di Jakarta!).

Jadi mainan ini tuh berupa boneka kecil-kecil, ada yang cewe ada yang cowo. Ukurannya mungkin cuma....se-apa ya? Se....se...se-iprit? -->ga menjelaskan.
Pokoknya kecil banget dah.

Dulu gw punya mainan ini sampe empat biji. Tiga yang sejenis gambar di bawah, dan satu berbentuk komplek perumahan si Polly, yang segede-gede gaban dan Polly-nya bisa digerakin pake magnet. Gambarnya udah gw cari-cari sampe kayang, tapi ga dapat, jadi ya maap kalo ga bisa dibayangin.




3. Buku-buku Richard Scarry

Satu komentar buat buku ini: SUPER LUCU! Sampai sekarang kalo gw baca, gw masih suka ketawa-ketawa sendiri liat gambarnya. Nama-namanya juga aneh, terutama tokok utamanya, yaitu Hakul.


Aneh kan?

Buku ini sama seperti buku anak-anak pada umumnya, yang isinya mengajarkan anak kecil tentang ini dan itu. Tapi agaknya buku ini untuk anak di atas lima tahun, minimal yang udah bisa baca lancar, karena kata-katanya banyak, dan gambarnya juga udah cukup ribet (untuk ukuran balita).

Setelah kepindahan gw dari Makassar ke Jakarta, buku-buku Richard Scarry milik gw ilang semua entah ke mana. Kata bokap gw sih, dikasih ke orang, tapi gatau juga. Untungnya, karena gw cukup rajin datang ke pameran buku, gw akhirnya bisa nemu satu kopi bukunya (yang langsung gw beli ga pake ragu, ga pake nawar harga).













4. Seri Miki Mungil

Buku ini adalah salah satu buku yang membuat belajar agama atau memahami Alkitab jadi lebih mudah.

Jadi buku ini bertipe 'seek and find'. Di dalamnya, digambarkan suatu ilustrasi cerita yang diambil dari Alkitab. Nah, di tiap gambar dan peristiwa itu, kita harus mencari si Miki, si tokoh utamanya itu. Entah itu dia lagi duduk, lagi nangkring di mana, pokoknya dia tersembunyi di gambar itu. Selain nyari si Miki, kita juga harus mencari gambar-gambar lain yang diperlihatkan penggalannya di sisi kanan buku. SUPER SERU!

Gw bener-bener kagum sama penulis dan ilustrator buku ini, Carl Anker Mortensen. Gambar-gambar di bukunya benar-benar padat, detil, dan full color! Empat jempol buat mas Mortensen.




5. Ducobu

Satu lagi komik Perancis favorit gw setelah CRS, Asterix, dan Tintin.

Komik ini bercerita tentang Ducobu, seorang siswa SD di Perancis yang gobloknya ga kira-kira. Ducobu selalu membuat wali kelasnya stress, karena selain nilainya yang tidak pernah bagus, ia juga hobi menyontek teman sebangkunya yang kebetulah pemilik nilai tertinggi di kelas.
Keseharian Ducobu diisi dengan perjuangannya mencari cara-cara untuk menyontek, atau cara curang lainnya agar nilainya bagus.

How I love French comic!










Hm, postingannya udah agak panjang.
Lanjut nanti deh!
*tambahin 'part 1' ke judul blog*


....to be continued.

Dua Puluh

on Monday, May 16, 2011
Menurut gw, berumur 20 adalah hal yang besar.

Beda dengan ulang taun ke-10, ulang tahun ke-20 membawa gelombang kesadaran (cieh!) yang besar bagi gw. And thank God, dengan bertambahnya umur menjadi dua dekade ini, gw semakin mengenal diri gw sendiri.
Gw juga mulai mengingat-ingat apa saja yang sudah gw alami 20 tahun terakhir, siapa gw dulu dan sekarang, dan apa yang gw inginkan--ga usah jauh-jauh--satu tahun ke depan.
Dan tiba-tiba, dengan impulsifnya, muncullah tulisan ini.

Bukan maksud pamer ato apa, ini cuma bentuk kesadaran gw dan ucapan selamat ulang tahun gw...kepada diri gw sendiri.


Halo!

Nama saya Georgine Bianca Avella Sahetapy.
Ga usah ribet, panggil aja Gebi. Kalo mau tau, nama pertama saya diambil dari buku Lima Sekawan. Nama kedua saya dari buku Tintin.

Saya orang apa? Yah, sebut saja orang Indonesia. Ayah saya campuran Belanda-Ambon. Ibu saya campuran Cina-Ambon. Saya lahir di Manado, tinggal 12 tahun di Makassar. Tiga tahun di Jakarta, sekarang domisili KTP di Tangerang, Banten. Senin sampai Jumat saya di Depok, Jawa Barat.

Satu kata yang mendeskripsikan hidup saya selama ini?

Nomaden!

Saya lahir saja di Manado. Umur 2 bulan, saya kembali ke Makassar. Di Makassar sendiri saya pindah berkali-kali.
Pertama di rumah oma dari ayah. Rumah tua yang gelap, kalo malam banyak kecoak. Di sana saya dikelilingi berbagai mainan. Dari mainan beneran sampai botol bekas. Oma saya itu suka bikin kue; jago masak. Saya paling rindu sup makaroninya.
Di sana saya tidak punya teman, kecuali mainan dan pembantu.

Kedua saya pindah ke komplek perumahan.
Tempatnya asik, di sana banyak teman seumuran. Di situ saya belajar naik sepeda. Di situ juga saya jatuh terseret di aspal, sampai-sampai kedua lutut dan siku saya berdarah. Di situ saya pergi menangkap ikan di sungai kecil, pakai tudung saji.
Di situ pertama kali saya memukul orang sampai menangis. Di situ saya kehilangan mainan robot Power Ranger saya. Di situ saya suka bermain dengan boneka dinosaurus saya. Di situ saya mulai mengoleksi buku-buku.

Ketiga, saya pindah ke rumah oma dari ibu saya.
Rumahnya besar, luas, terang, dan ramai. Tapi buku-buku saya tidak bisa ikut, jadi saya cukup sedih. Mainan saya juga tidak muat, jadi ditinggal. Saya sedih karena kurang mainan. Mungkin itu alasan saya tidak terlalu ingat kenangan di sana.

Keempat, saya pindah dari Makassar ke Jakarta setelah lulus SD. Ke rumah sempit di Jl. Kesehatan, Jakpus. Rumahnya benar-benar kecil. Dari pintu depan, langsung kelihatan dinding belakang rumah. Selama satu tahun di sana, bajaj menjadi kendaraan sehari-hari saya pulang-pergi sekolah.

Kelima, saya pindah ke daerah Percetakan Negara, Jakpus, saat kelas 2 SMP. Banyak cara ke sana, tidak cuma dengan bajaj. Bisa naik bis NE 2, bisa naik Transjakarta. Di sana saya sempat ikut Taruna di gereja terdekat. Menyenangkan juga.
Saya ingat di sana saya suka berlatih tenis dengan tembok. Dua pot tanaman sudah jadi korban. Saya lumayan suka di sana, karena seperti waktu di komplek, banyak teman seumuran.

Keenam, saya pindah ke BSD setelah diterima di SMA Santa Ursula BSD.
Dulu rasanya BSD letaknya di ujung dunia. Sekarang, 20 kilometer tidak ada artinya.
Saya suka di BSD! Untuk pertama kalinya saya bisa bersepeda ke sekolah, atau kadang juga jalan kaki. Sepulang sekolah saya bisa singgah dan main ke rumah teman. Ke mana-mana jalan kaki. Untuk pertama kalinya dalam seumur hidup saya, saya merasa betah dan tidak ingin pindah lagi.

Ketujuh--kalau bisa disebut pindah--saya kos di Depok.
Awalnya saya ingin pulang-pergi saja, tapi rupanya jarak BSD-Depok benar-benar tidak memungkinkan. Naik kereta ribet. Naik bis harus berkali-kali. Nebeng repot. Nyetir sendiri? Berat di bensin, menguras habis tenaga.
Tapi setidaknya, unsur favorit saya ada di sana: teman. Selama ada teman, saya tidak akan banyak mengeluh.



Kesukaan saya?
Banyak! Saya sebutkan saja yang mungkin agak tidak biasa.

Saya suka dan mengoleksi sendok. Haha.


Saya juga suka mengoleksi kartu hotel. Teman-teman saya pasti sudah tahu, kalau mereka pergi ke mana-mana, oleh-oleh yang saya minta pasti kartu hotel.


Saya suka sejarah. Mulai dari mitologi yunani, sampai novel-sejarah.


Saya suka puzzle. Dan mungkin, sisi feminin saya bisa terlihat dari hobi saya terhadap cross-stitch dan merajut.

Suka gadget.

Suka menulis, suka membaca, suka dengar lagu. Standar lah.


Role model saya?
Tidak lain tidak bukan: ibu saya.


Kalo hewan?
Suka semua hewan kecuali jenis-jenis serangga.
Takut kecoak.


Sifat?
Spontan. Keras kepala. Tukang ngatur. Bawel. Banyak mau, banyak komentar.
Impulsif. Tidak sensitif. Tomboy, riang, optimis.
Moody. Ekspresif. Manja.
Saya juga sekalian minta maaf buat mereka yang merasa saya kurang pengertian. Saya memang tidak sensitif, tapi sedang diusahakan untuk lebih sensitif.


Hobi?
Nonton film, berimajinasi.
Dengar lagu, bernyanyi.
Ngobrol, membuat lelucon, tertawa.
Berselimut, memeluk bantal, makan.
Banyak lah.


Ya, kira-kira begitu saja dulu.
Salam kenal, Georgine!


Sincerely,
Georgine Bianca

Tentang Saya dan Buku

on Sunday, May 8, 2011
Akhir-akhir ini gw lagi sering banget dengar ungkapan:

"Gw kangen sama diri gw yang dulu."

Atau kerennya:

"I miss the old me."


Kenapa semua orang merindukan masa lalu? Ya karena masa lalu memang cuma bisa dirindukan!
Kalau masa kini? Ya dijalani.
Kalau masa depan? Ya dinanti.

Nah, tadi pagi ketika sarapan, gw dengan random-nya tiba-tiba tersadar dengan fakta bahwa umur gw udah 20 tahun!

DUA PULUH!
TWENTY!
ZWANZIG!
DUA DEKADE!

Fakta ini seperti menghantam gw dengan begitu kerasnya. Dalam pikiran, gw masih membayangkan diri gw sebagai seorang anak berusia 17 atau 18 tahun. Masih berusia remaja, dan masih bisa bersenang-senang.
Sekarang, dalam beberapa tahun ke depan, gw harus sudah mikir tentang kerjaan, tentang nikah, tentang nabung buat hari depan, tentang menuntut ilmu setinggi langit, tentang punya anak.....

BLAAAAAAAAAGGGGHHHHH!!!!


Gw pun mulai merindukan diri gw yang dulu.
Satu hal yang paling gw rindukan adalah menulis dan membaca.

Sedari SD, dua hal ini adalah hobi gw, di samping nonton dan menghayal.
Dulu gw pernah sok-sok bikin novel. Ceritanya mau bikin dua buku. Buku satunya udah jadi, eeeh, buku duanya mandek karena hasratnya hilang dan gw mulai sibuk ini itu.

Yang kedua, gw suka banget membaca buku. Hobi ini menurun dari nyokap gw.
Gw ingat banget waktu SD dulu, nyokap yang pertama kali memperkenalkan Harry Potter ke gw. Bahkan nyokap bacain dulu bab 1-nya, lalu sisanya gw baca sendiri.
Trus gw senangnya kayak orang gila waktu tau bukunya mau dibikin film.

Waktu kelas 2 SMP, gw pindah rumah ke daerah Percetakan Negara, di Salemba Tengah.
Waktu di situ, hampir tiap akhir minggu gw pasti ke Gramedia Matraman, soalnya deket banget.



...tempat itu benar-benar surga dunia.


Sudah informasi umum, kalo Gramed paling lengkap itu ya yang di Matraman itu. Dulu, rutinitasnya selalu begini:

Nyampe di Gramed.
Naik ke lantai dua.
Nyokap ke bagian buku hukum.
Gw ke bagian komik dan novel.
Selesai milih, gw samperin nyokap dengan membawa setumpuk komik.
Nyokap ke bagian novel bentar, ambil satu-dua buku.
Bayar.


SURGA DUNIA...


Makin dewasa, kebiasaan gw ini rupanya makin menyulitkan dan merepotkan.
Karena ortu gw nampaknya ketularan gaya hidup Arab-Sahara (nomaden), jadi tiap kali pindah rumah, buku gw sangat merepotkan untuk dibawa pindahan.
Dan lagi pasti ada yang tercecer, trus hilang entah ke mana. Bikin gw bete seharian.

Tapi yang namanya hobi ya memang ga bisa hilang begitu aja. Ini koleksi buku gw sekarang:




Ini adalah kondisi buku-buku gw sekarang, setelah disortir ketat tahun lalu (yang menghasilkan adu mulut hebat karena gw ga mau buku-buku gw diganggu gugat). Kalau buku-buku gw yang dari dulu-dulu masih gw simpan, lemari di sebelahnya juga bakal dijajal oleh buku-buku gw.

Hasrat membeli buku gw masih sangat tinggi sampai sekarang. Gramed dan toko buku lainnya juga masih jadi tempat favorit untuk gw datangi. Gw juga masih antusias kalo diajak ke pameran buku ato ada diskon buku.
Tapi entah kenapa, sekarang ini sepertinya gw ga punya waktu untuk baca buku lagi.
Beberapa minggu yang lalu gw memutuskan untuk membaca buku Paulo Coelho yang The Alchemist.
Gw benar-benar udah nyaris baca buku itu nonstop sampe begadang, kalo ga diingetin ada tugas buat besok.

Terpaksa gw taro bukunya dengan berat hati, karena gw tau belum tentu besok-besok gw punya waktu buat baca lagi.


Haaaaah....


But well, reading is still my hobby. And I still enjoy the pleasure of having a new book to read (and I never really like e-book).
So I think I'm going to use every spare time I have to read books, and again...saving money to buy books.


Gw rasa rencana ini sebaiknya dimulai sekarang, sebelum isi lemari gw berubah dari ini...





...jadi ini:





*merinding*

Which One?

on Saturday, May 7, 2011
Mana yang lebih sedih?


Melihat sebuah kertas berisi informasi anak dengan cacat mental yang hilang...

Atau sebuah kertas berisi informasi tagihan yang melonjak?



Yang mana?

Pada kenyataannya, saya menangis untuk anak hilang itu.