Pursuit of Happyness

on Tuesday, July 20, 2010
Aduh, bisingnya rumah gw. Ada banyak orang yang sedang mengerjakan penggantian kusen di rumah gw, karena yang lama udah dimakan rayap. Tragis ya, hahahahah...

Gw sekarang punya pembantu baru. Ga seperti Ipah dulu, yang ini pulang pergi. Pergi pagi pulang sore, kayak orang kantoran. Kmaren anaknya ditinggal, hari ini dibawa serta ke sini. Gw ga keberatan, selama dia ga menjatuhkan barang apapun. Bahkan sebaiknya dia tidak berinteraksi dengan gw, karena--as usual--gw kikuk kalau ketemu anak kecil. Ga tau harus ngapain, ga tau harus berekspresi apa, ga tau harus ngomong apa. Mending menjauh deh...

Ngomong-ngomong pembantu baru ini asik juga. Dia tau caranya mengganti channel indovision ke antene biasa/tivi lokal, lalu dibalikin lagi ke indovision. GAUL!

Kemarin adalah hari pertama dalam tahun ajaran baru di Santa Ursula BSD, SMA gw dulu. Luar biasa rasanya bagaimana satu tahun bisa berlalu begitu saja tanpa benar-benar dirasakan, atau betapa rindunya dan inginnya kita mengulang kembali masa-masa ketika SMA dulu.
Mengulang kembali kebahagiaan, semua tawa, semua lelucon tolol, dan semua yang pernah terjadi selama 3 tahun yang pendek itu.

Rupanya kecenderungan orang memang begitu. Mengenang kebahagiaan di masa lalu.
Kenapa kebahagiaan selalu di masa lalu? Kenapa tidak ada kebahagiaan di masa sekarang?
Ataukah sebuah peristiwa baru disadari sebagai kebahagiaan setelah ia lewat? Bukan ketika ia dijalani?

Kalau memang begitu, kasihan sekali kebahagiaan itu. Ia harus selesai dulu, baru orang kemudian menyadarinya sebagai sebuah peristiwa menyenangkan, dan kemudian selalu mengenangnya.
Kebahagiaan ada di masa depan. Tapi kenapa semua orang terlalu takut untuk mencarinya?
Kita tidak bisa melihat kebahagiaan di masa depan. Karena kita tidak bisa meramal hari esok.

Benarkah?

Rasanya kebahagiaan itu ada di mana-mana. Or at least I think so. Kebahagiaan ada di masa lalu. Banyak. Kebahagiaan juga ada di masa sekarang. Mungkin kita sedang menjalaninya detik ini.
Kebahagiaan juga ada di masa depan. Kita hanya perlu untuk merancang dan menyongsongnya.

Bahkan dari segala kebahagiaan itu pun, justru yang paling terpatri adalah kebahagiaan kecil di tengah kesulitan.
Suatu kebahagiaan kecil yang bisa membuat kita tertawa, walaupun besok rasanya buram dan tanpa harapan.
Kebahagiaan yang rasanya terlalu sayang untuk diajak bermuram durja bersama keadaan.

Kebahagiaan, seperti halnya 'cantik', terdefinisi secara pribadi dan berbeda tiap orangnya.
Kebahagiaan adalah hal aneh, seperti waktu oma saya meninggal, ada sedikit rasa bahagia.
Karena waktu itu dia masih mengantar saya untuk terakhir kalinya ke bandara.
Karena saya masih bisa mendengar suaranya ketika menelepon dia, mengucapkan selamat ulang tahun.
Karena saya sudah menjalani 18 tahun hidup saya dengan ada dia dalam memori saya.
Karena dia akhirnya tidak usah lagi merasa sakit.
Karena saya masih menangis setiap kali mengingat dia. Yang berarti bahwa dia memang ada di hati saya yang paling dalam.

Kebahagiaan itu ada di mana-mana.
Saya yakin, karena itulah yang membuat saya bangun dari tidur setiap pagi, dan juga menemani saya tidur setiap malam.

0 comments: