City of Ember

on Tuesday, December 16, 2008
Hari senin...hari yang melelahkan....hari dimana gw harus les gitar padahal gw belom latian dan belom bayar duit les....TAPI TIDAK SELAMANYA, KAOEWAN2!! Karena, pada hari senin yang berbahagia kemarin, gw malah kabur les (ijin...ceritanya lagi latian perform jadi ganti hari ke rabu), ga ganti baju dan tanpa pulangin sepeda, langsung ngibrit ke SMS bareng Calvin, Muni, Lodoh, Pade, dan Angel (adenya lodoh).


NYAHAHAHAHAHAHAHAHAH!!!! BUSUKNYA DIRI INIIII!!!! (dalam arti konotatif dan denotatif: gw BUSUK karena belom mandi, dan gw BUSUK karena kabur).



Ayah, ibu, maafkan daku berbohong. Juga pada mbak2 di tempat les. Dan juga semua orang yang merasa menjadi korban kelaliman saya.



Nah, karena emang gw haus film, kamipun nonton City of Ember. Di studio 5 Serpong XXI yang tempat duduknya cuma dikit, ukurannya kecil, dan penontonnya pun bisa diitung sempoa.



Dan inilah....review saya tentang City of Ember.




Film ini diawali dengan cerita bahwa dunia ini sudah sangat rusak ato hancur, ato gimanalah. Sekelompok orang pandai seperti insiyur, konstruktor, dan arsitek ahli memutuskan untuk membanguk sebuah kota bawah tanah. Semua orang akan tinggal di sana, namun satu saat nanti mereka pasti bisa kembali. Sebuah instruksi untuk keluar dari kota itu, dan sepasang kunci mirip tazos disimpan dalam kotak besi bersistem count down otomatis. Mereka mengeset kotak itu untuk terbuka 200 tahun kemudia, tahun dimana menurut perkiraan mereka, bumi udah layak untuk dihuni lagi.


Kotak itu diwarisin untuk walikota kota Ember, kota bawah tanahnya, dan harus diteruskan ke walikota2 berikutnya. Sayang, ketika berada di tangan walikota ke berapaaaa gitu, kotaknya diambil orang, dan disimpan begitu aja. Dilupain.



Oke, itu sekilas sejarah. Berikutnya, tentang 2 tokoh utama kita, si Lina Mayfleet dan Doon Harrow. Hari itu adalah hari penugasan. Masing2 anak yang dianggap udah cukup umur bakal dikasih kerjaan dengan cara diundi. Si Lina tadinya dapet tukang pipa, dan Doon dapet tukang antar pesan. Tapi, karena si Doon ga mau, dia minta tukar ke Lina. Lina seneng banget, soalnya dia emang mau jadi messenger.



Nah, kota Ember ini kota yang semuanya pake penerangan. Lampu dimana2, ga ada matahari. Makanan semuanya kalengan. Pakean semuanya kayak dari karung goni diwarnain dan dimodelin.



Nah, seluruh kegiatan kota itu digerakkan oleh generator. Tapi, akhir2 ini si generator suka rusak. Suka mati lampu gitu. Dan karena Ember itu penerangannya cuma lampu, kalo mati lampu udah kayak ketiban arang di tengah2 orang negro yang lagi berduka alias GELAP ABIS, ITEM!! HORROR!!



Intinya, kotak itu ditemukan si Lina, udah kebuka karena udah lewat 200 taon. Trus dia baca deh instruksinya, dan dibantu di Doon, mereka cari jalan keluar dari Ember.



DAN MEREKA BERHASIL!!! HOREEE!!!
TAMAT.



Singkatnya begitu. Kritik dari gw: pesan film ini tuh bagus banget.



Film ini baik untuk ditonton di tengah hari yang panas, dan disarankan anda juga meminjam WALL-E, INCONVENIENT TRUTH, MATRIX, serta EARTH. Jangan lupa habis itu nonton video klipnya Michael Jackson yang Earth Song, Heal the World, dan Linkin Park yang What I've Done.
Langkah berikutnya, anda buka internet, cari segala situs yang berbicara tentang lingkungan dan global warming, lalu daftarkan diri anda dan mulailah berkampanye dengan Green Peace ato organisasi lain.



Iya, itu lebay, gw tau. Tapi semuanya emang berhubungan kok.




Kalo nonton awal2 film ini, lo pasti ngerasain ada kemiripan dengan Matrix. Si Ember itu mirip Zion. Kota di bawah tanah yang dibuat karena bumi diatas udah ancur. Bedanya, si Matrix buminya ga bisa sembuh, dan teknologinya udah gaol karena pake robot2 segala plus alat2 tusuk di kepala itu. Tapi gaya bajunya...tipe2 kotanya....mirip lah.



Mungkin ada baiknya anda membaca bukunya sebelum nonton, karena di film, minim sekali penjelasan yang ada, terutama pada tokoh2nya. Inilah kira2 pertanyaan yang bakal muncul di kepala anda setelah nonton:
1. Siapa si cewe kulit hitam itu? Ada hubungan apa dia sama Lina?
2. Di Ember ada SD ga sih? Kok tau2 langsung kerja??
3. Siapa yang ngambil kotak itu, dan dari walikota ke berapa? Kenapa diambil?
4. Kemana ibu dan bapaknya Lina? Terutama ibunya??
5. Kemana ibunya Doon?
6. Kok serangga di Ember bisa segede2 itu?? (untung lebah yang dipajang di film, bukan kecoa).
7. Nasib bapaknya Doon gimana setelah kena batu hoki yang dijatohin Lina dan Doon itu??
8. Bumi kenapa sih?? Kok bisa ancur? Gimana bisa tumbuh lagi kalo manusianya semua di bawah?
9. Galiannya ayah Lina dan Doon gunanya apa jadinya? Ga guna?
10. Ntar si Doon dan Lina gimana tuh di permukaan bumi?
11. Si tikus kok bisa masuk ke ruang penyimpanannya si walikota? Si walikota kok bisa punya sepenggal tazos?
12. Secara logis, aliran air itu ke bawah. Sementara mereka keluar dari Ember itu pake aer, KE ATAS. Kok bisa ya??
13. Siapa nama pemain Doon Harrow? Kok ganteng sih kalo diliat lama2? Sekilas mirip Skandar Keynes, lagi....




Begitulah. Film ini bagus dalam hal pesan moral. This movie got something to say. Tapi ada banyak latar belakang yang ga diceritain, terutama soal keluarga tokoh. Pas awal2 juga, sekilas ada adegan yang membosankan, yaitu pas Doon baru mulai kerja. Filmnya juga kurang greget. Mereka lancar2 aja melarikan diri, ga pake dikejar pas di kincir air itu kek, apa kek...
Imajinasinya cukup liar, menurut gw. Bagus. Dari 1-10...gw kasih....7 dah.



Pesan yang gw (dan si Calvin) tangkep: jaga itu bumi baik dan sukuri mumpung buminya masih ada, bagus, dan bisa ditinggali. Kalo udah kayak di Ember....hii! Gw sih ga mau bayangin. Makanya bisa diikuti dengan saran gw diatas tadi...^^



Ohiya, kejadian paling lucu kemaren:
1. Muni nabrak palang.
2. Ada ibu2 pas mau naik angkot kejedot. Gw sama Muni ngetawain setan gitu, sambil berusaha nahan ketawa dan senyum plus buang muka dari si ibu.
3. Muni kejedot. Kena karma.

0 comments: