Angin

on Tuesday, August 3, 2010
Bukankah sedih menjadi Angin?
Ingin bermain dengan ikan-ikan di laut, namun ombak selalu datang mengusir.

Bukankah sedih menjadi Angin?
Ingin terbang dengan burung-burung di udara, namun selalu dijauhi dan dihindari.

Bukankah sedih menjadi Angin?
Ingin menari bersama manusia, namun justru memporak-porandakannya.

Bukankah sedih menjadi Angin?
Ingin membunuh api, namun membuatnya bertambah kuat.

Bukankah sedih menjadi Angin?
Ingin menghibur hujan yang selalu menangis, namun justru membinasakannya.

Bukankah sedih menjadi Angin?
Ingin duduk di pepohonan, namun justru meranggaskannya.

Bukankah sedih menjadi Angin?
Ingin memetik bunga di padang, namun tak bisa disentuhnya tanpa menghancurkannya.

Bukankah sedih menjadi Angin, tanyaku lagi.
Seperti aku, sendirian.
Hanya dikelilingi oleh semu, yang akan mati, habis, atau pergi.

Lalu angin tersenyum dan menjawab,

Dengan hembusku akan kubawa kau berenang dengan ombak di atas samudera.
Dengan hembusku akan kubawa kau terbang bersama burung-burung di udara.
Dengan hembusku akan kuajari kau menari.
Dengan hembusku akan kujauhkan api darimu.
Dengan hembusku akan kubawa hujan pada harimu yang panas.
Dengan hembusku akan kutiup pepohonan agar daunnya berguguran di atasmu.
Dengan hembusku akan kubawa bunga yang terindah, agar jatuh di pangkuanmu.

Lalu akupun pergi bersama Angin. Menjelajah dunia bersama keindahan yang dibawanya.

0 comments: