A Chat with Grandpa

on Sunday, August 8, 2010
Mari saya ceritakan sedikit tentang opa saya ini.

Namanya Robby Tan. Ia lahir pada tahun 1945, tepatnya pada tanggal 4 November. Opa saya ini dulunya perokok berat, namun ia berhenti pada sekitar tahun 1991 karena paru-parunya akhirnya berteriak minta tolong setelah dicekoki rokok selama puluhan tahun.

Secara genetik, opa saya turunan asma. Ini ia dapat dari ayahnya, namun untungnya tidak menurun sedikitpun ke ibu saya dan juga om saya...maka saya bebas dari asma. Selain memiliki asma, puluhan tahun merokok dan gaya hidup yang kurang sehat menimbulkan masalah pada jantungnya, dimana akibatnya bisa fatal, seperti beberapa bulan lalu beliau sampai masuk UGD karena oksigen tidak terpompa sampai ke otaknya. Akibatnya: opa saya mengigau. Bicara tidak jelas, mau ini dan itu, tidak bisa apa-apa, dan merepotkan semua orang serta menimbulkan kepanikan massal.

Pada opa saya, asma merupakan penyakit yang keji dan menyusahkan. Bayangkan saja, situasinya adalah seperti ini:
Jalan kaki tidak bisa lama-lama. Jika terlalu lama/jauh, kami harus berhenti sebentaru, biar opa saya bisa mengambil napas.
Nyetir mobil juga bisa menyebabkan dia asma. Ini cukup mengkhawatirkan.
MANDI pun membuat dia asma, karena mandi memerlukan banyak gerakan, dan banyak gerakan memerlukan pemompaan jantung dan paru-paru, dan karena KEDUA ORGAN VITAL INI SUDAH ERROR, maka dia asma.
Habis makan pun asma, karena makan terlalu banyak, atau terlalu cepat, atau makan biasa-biasa saja bisa membuat dia asma.

Dan kalau asmanya itu sudah kumat, maka yang terjadi adalah:
"FUUUUUUUUUH (buang nafas dari mulut)......ngiiiiik (tarik napas dari hidung).....FUUUUUUUUUUUUUUH......ngiiiiik.....FUUUUUUUUH....ngiiik"

Jadi, opa saya akan menarik napas dengan susah payah lewat hidung, yang menyebabkan bunyi 'ngiiik' itu (karena asma), dan menghembuskannya dengan keras.

Salah satu dampak yang sangat tidak menyenangkannya adalah saat ngobrol. Seperti tadi siang ini:

Gebi: opa, pabrik Toyota masih di Sunter?
Opa: *ngiiiik...FUUUUUH...ngiiik...FUUUUUH* nggak, sudah pindah.
Gebi: oh, pindah ke mana?
Opa: *ngiiik...FUUUUH...ngiiik* ke daerah *ngiiiik...FUUUH...ngiiik* Kerawang.
Gebi: ho...sejak kapan?
Opa: *FUUUUUUH* sejak *ngiiik....FUUUUH* dua tahun yang lalu kira-kira.
Gebi: *kasihan dan cape nungguin jawaban, maka saya pun diam, tidak bertanya lagi*

Penyakit ini memang sangat menyusahkan opa saya. Dan yang membuat saya tambah kasihan lagi, opa saya sering sekali menyinggung tentang oma saya, yang menandakan bahwa betapa rindu dan kehilangannya dia.

Yah, untung saja dia masih punya anak-anak yang mau menjaga dia. Masih punya dua butir cucu perempuan dan satu butir cucu belum lahir yang akan selalu menjaga (saya) dan bermain (Luna) dengan dia. Masih punya teman-teman yang mau repot-repot memberi update-an lokasi wisata dari Mesir sana. Masih punya mobil buat membawa dia ke mana-mana. Masih punya orang-orang yang dengan sukarela dan sabar menjaga dia setiap hari.
Masih punya TUHAN yang tidak pernah berhenti menjaga dia .


LOVE YOU, GRANDPA!

0 comments: