There and Back Again: Jogja-Jakarta by Car, day 1

on Monday, August 23, 2010
Hari senin lalu, tepatnya tanggal 16 Agustus 2010, gw sekeluarga memutuskan untuk liburan bersama ke Jogjakarta. Liburannya sebenarnya hanya sekitar 3 sampai 4 hari, tapi yang membuat liburan ini lebih esensial adalah karena kami menggunakan mobil untuk sampai ke Jogja. Dan jangan salah, bukan sekedar mobil angkutan atau apapun, tapi mobil pribadi, yang berarti kami nyetir bergantian sepanjang perjalanan.

Hari pertama adalah hari perjalanan. Bisa dibilang hari itu benar-benar dihabiskan di jalan. Seharusnya kami start jalan sekitar jam 9 pagi, biar masih bisa melihat pemandangan sepanjang perjalanan, tapi karena packingnya baru hari senin itu, makanya waktu keberangkatan tertunda sampai jam 11 pagi.

Untuk urusan tol, dari BSD sampai tol Cikampek, itu adalah bagian gw. Kenapa? Karena bisa dijamin, dari segi skill, untuk trek-trek berikutnya ga mungkin bisa gw yang bawa. Oh ya, kami tidak lewat jalur Pantura, yang berarti kami tidak memasuki Jogja dari arah Semarang. Kami melewati jalur selatan, toh Jogja juga letaknya di selatan.

Oke, sampai keluar Cikampek masih oke-oke saja. Tapi begitu kami akan memasuki jalur yang menuju ke Bandung, terjadilah HUJAN RAKSASA, MUHAHAHAHAHAHAHAHAH!!
Gw sangat gugup karena jarak pandang tinggal beberapa meter, tapi untungnya co-driver gw (bokap) memberi komando yang sangat oke sehingga hujan pun tak masalah.

Tjatatan: mobil yang digunakan adalah Toyota Rush. Sesungguhnya tidak direkomendasikan untuk perjalanan ini, karena agak kurang nyaman. Disarankan Toyota Fortuner, Land Cruiser, atau Jeep serta mobil-mobil ber-cc besar dan diperuntukkan untuk berjalan jauh.

Setelah keluar tol, kami mulai memasuki jalanan kota yang cuma 2 arah, dengan masing-masing satu jalur dan...TIDAK MULUS. Nah, beberapa saat setelah keluar tol, gw gantian dengan nyokap. Jalanan mulai menanjak, dan mulai banyak belokan-belokan tajam. Karena belum makan siang, maka kami pun singgah dulu di restoran Pak Asep Stroberi. Tempatnya oke loh! Kalo mau, selain makan kita juga bisa berkuda, berperahu, dan flying fox. Mejanya yang super luas membuat keluarga kecil seperti gw dan bokap-nyokap terlihat seperti lagi berantem...

Makanannya biasa aja, tapi emang resto itu lebih menjual suasana, karena bentuknya yang mengikuti kontur lereng, lalu penataannya yang alami, juga pemandangannya yang langsung menghadap undakan sawah...entah milik siapa.

Setelah makan, kami pun melanjutkan perjalanan. Karena daerah selatan ini berada di sebelah gunung, maka jalannya super berkelok-kelok. Ditambah cara nyetir nyokap gw yang agak barbar, gw cuma bisa menatap kosong tebing di sebelah kiri gw dan bus-bus serta truk-truk besar di sebelah kanan gw sambil berdoa.

Nah, dikarenakan cara nyetir nyokap yang beresiko itu, dan ditambah dengan gw yang udah mengeluh ini itu, maka gantian. Sekarang giliran bokap yang nyetir. Sepanjang jalan itu beberapa kali gw bertemu dengan bus berlabelkan Budiman, yang nampaknya menguasai jalur selatan tersebut. Dan lagi mulai bermunculan iklan-iklan resto Pringsewu, yang sering memberikan harapan palsu.

Kenapa harapan palsu? Contoh: misalnya ada orang yang lagi jalan di situ, dan ternyata sudah mau buka puasa. Iklan-iklan Pringsewu itu bertuliskan 'GURAMEH GORENG', dan si orang tersebut pun dengan semangat memacu mobilnya agar bisa berbuka di Pringsewu. Tapi...setelah dilihat baik-baik lagi iklannya....

'GURAMEH GORENG. PRINGSEWU.....44 KM.'

Semakin malam, jalanan semakin sinting. Mulai lah berkeliaran para kontainer dan truk-truk super gede itu, yang jalannya super lama dan muatannya super ngeri (gelondongan kayu, batu, tanah, dll). Jalurnya cuma 2. Trek ini memang diperuntukkan untuk bokap gw yang udah terbiasa nyalip-nyalip di jalan.

Lalu ada satu daerah, dimana untuk beberapa ratus meter, kiri kanan kami hanyalah ilanlang tinggi, hutan, dan sawah. Tanpa lampu. Biasanya di tempat seperti itu, bisa diperhatikan bahwa gw mendadak semakin cerewet dan volume suara gw bertambah. Ini berguna untuk menghilangkan rasa takut. *mengangguk bijak*

Tjatatan: melewati perbatasan Jawa Barat-Jawa Tengah bisa dirasakan dengan sangat jelas. Jalanan di Jabar itu mulus, adem, asik, kinclong. Begitu masuk Jateng, jalanan mulai keriting, berlubang, bolong...banyak dah! Jadi harus lebih hati-hati.

Satu lagi, jangan selalu percaya kalo melihat rambu-rambu bertuliskan 'JALAN ALTERNATIF MENUJU...' Biasanya jalan tersebut justru lebih jauh, dan lebih rusak.

Melewati kota-kota seperti Garut, Tasikmalaya, Magelang...akhirnya kami mulai memasuki D.I. JOGJAKARTA! WOHOOOO!!!
Ehm...baru provinsinya. Belom kota Jogjanya, yang ternyata masih jauh -___-

Akhirnya, setelah salah jalan satu kali, kami pun sampai di MALIOBORO, letak hotel kami, yaitu Hotel Mutiara. Kami tiba sekitar jam 11 malam, lalu langsung makan malam di lesehan-lesehan yang banyak di Malioboro itu. Oh ya, bokap malah sempat dibikinin sketsa mukanya...yang setelah jadi malah mengherankan.

Bokap gw yang aslinya sangat bermuka Ambon, jadi terlihat seperti orang Jawa. Lucu sih, tapi ga mirip, hahahahah...


Tjatatan: kota-kota yang dilewati adalah Bandung, Tasikmalaya, Ciamis, Gombong, Kebumen, Purworedjo, Jogja.

Okay, that's day 1. Super cape di jalan, tapi tidurnya paling pol, hehehehe.
To be continued on next post...

0 comments: